Minggu, 18 Maret 2018

Spirit 54 Tahun. IMM Jember Bertekad Budayakan Literasi



Dalam rangka meningkatkan budaya literasi, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Jember mengadakan Sarasehan di Aula Dispendik Kabupaten Jember pada Sabtu (17/03/2018). Acara tersebut sebagai bentuk peringatan Milad IMM yang ke 54.
Dengan mengusung tema “Mewujudkan Budaya Literasi pada Era Milenial”, kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 WIB ini menghadirkan 3 pemateri yang mumpuni di bidang literasi. Fatur Rachman, salah satu tokoh perwakilan dari Perpustakaan Daerah Jember. Iman Suligi, penggiat literasi pendiri Kampoeng Batja Jember. Lilik Niamah, STP, M.Si, seorang politisi yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Komisi D.
Dalam sambutannya Ketua umum IMM Cabang Jember, Fendi Pradana menyampaikan secara substansial bagaimana cara meningkatkan budaya literasi serta buah yang dihasilkan dari literasi itu sendiri. Sarasehan kemudian secara resmi dibuka oleh Kabid Organisasi DPD IMM Jatim Andreas Susanto.
Melihat masih rendahnya budaya literasi di Indonesia, masing-masing pemateri memaparkan pandangan dan pengalamannya sesuai budaya dari IMM. Mengingat ketiga pemateri tersebut adalah aktivis yang dominan  berasal dari Muhammadiyah.
Literasi sendiri memiliki makna luas, bukan hanya sebatas baca tulis saja. Kebiasaan seseorang untuk mampu memanfaatkan informasi yang tersedia bagi kemaslahatan, sehingga alam semesta pun merupakan bagian dari literasi selain 2 sumber dasar yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.
5 Konsep literasi islam yang dijabarkan oleh Fatur Rachman, “Terus belajar, tepat memilih, memberi bukan meminta, memanfaatkan bukan madharat, dan lomba yang baik”.  Konsep tersebut disampaikan di dalam forum untuk memberikan gambaran bagaimana literasi yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Petuah lain disampaikan oleh Iman Suligi, “Imagination more important than knowladge”. Beliau bercerita, bagaimana literasi selalu menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Bagaimana beliau selalu mengambil manfaat dari literasi. Kampoeng Batja, adalah bukti dari proses panjang perjuangannya dalam dunia literasi. Beliau berpesan, bahwa membaca harusnya bukan hanya menjadi aktivitas, melainkan karakter. Kemudian dalam closing statementnya penggiat literasi tersebut mengatakan, “jangan malas dalam kenyamanan”.
“Ketika kita membaca, sama halnya dengan menghargai karya orang lain”, pandangan yang disampaikan oleh Ibu Lilik. Sebagai seorang politisi, beliau mengatakan bahwa penyumbang kemiskinan terbesar adalah di daerah perkebunan. Hal tersebut terjadi didukung dengan tingginya angka buta huruf. Dengan adanya maslaah sosial tersebut, beliau memiliki keinginan besar menjadikan Kabupaten Jember menjadi Kabupaten layak anak, dengan pesan dalam slogan yang diucapkannya “Muda, beda, berbudaya”.
Sarasehan dengan ketiga tokoh tersebut, hendaknya menjadi pancaran positif bagi kita aktivis IMM yang dalam geraknya tidak bisa jauh dari yang namanya Literasi. Agar kita selalu terdogma bagaimana mengambil ilmu dari sumbernya, bukan sekadarnya.
Fastabiqul khairaat, Berkompetisis menggapai surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar